11/05/2020

Pain is still Painful

Semuanya adalah palu godam yang menghantam-hantam,
Berkali-kali. 
Menghukum tanpa ampun. 
Sampai kapan pun semua akan tetap jadi salah saya.



I hate come up with this vicious cycle again. 
I want to stop counting. I have to. I know, I know, but how? 
Rasa-rasanya ingin teriak berkali-kali; kalau gue bisa, gue mau. Mau banget. 

I did everything I could. 
I deleted the messages, photos, everything. 
I talked to my parents, friends, everyone like.. LITERALLY everyone. For the sake of temporary comfort I need. Even my acquitances from high school, sigh, what was on my mind? ("Iya, dia cerita kalau tiba-tiba banget lo cerita"- said someone). Oh maybe I was that crazy, or I still am.
I read the books, articles, even scientific journals 
I watched the movies, motivational videos, whatever you name it
I travelled. I went abroad. I started life in a far away country.
Dan sejujurnya ini adalah bagian paling menyiksa dari semuanya. Dari kecil saya bermimpi betapa menyenangkannya kalau punya kesempatan kuliah di luar negeri (dan gratis), nyatanya ketika itu semua terwujud, bangun tidur saja pernah jadi hal yang sangat berat.
Bahkan untuk duduk tenang di perpustakaan tanpa harus izin ke toilet dan menangis adalah hal yg sangat sulit untuk saya. 
Saya mengawali dan mengakhiri perjalanan di atas pesawat dengan menangis tersedu-sedu. Saya takut sekali pulang.
Saya juga sempat enggan membuka foto-foto selama di sana. Karena saya ingat persis di momen-momen apa saya breakdown. 
Mimpi yang saya bangun ketika terwujud nyatanya jadi menakutkan.
Suatu hari, saya harus menebus itu semua. Saya harus pergi ke Leiden dengan hati yang lebih bahagia; utuh. 

I seek help to a psychologist, following several counselling sessions and currently doing some stuff
I pray to God. I pray, pray and pray. 
I pray and cry all the time. I know God has His own plans but I just want to survive. I just want to be sane. I want all of this end soon.
I thought I already followed all the guidelines, the theories, the steps. 

Kenapa gak ada buku panduan cara berinteraksi dengan manusia? 
Kenapa gak berhasil berhasil juga, 
Kenapa belum sembuh-sembuh juga, 
Kenapa masih bangun dengan mimpi-mimpi buruk, palpitasi dan rasa gelisah berkepanjangan? 
Katanya mulai dari hal-hal yg bisa kamu kontrol, tapi saya kan gak bisa ngontrol mimpi apa saya nanti malem. 

Sampai kapan begini terus sih...
Saya tau gak ada yang bisa nyembuhin diri saya, kecuali diri saya sendiri (dan Allah SWT) 
Saya tau, saya tau semua teorinya, saya tau 
Saya pun udah coba praktikan itu satu per satu, pelan-pelan, tapi lamban banget. 
Corona happened faster than my healing progress.

ya Tuhan, saya muak dengan semua episode eksaserbasi ini. 
Saya muak dengan diri saya sendiri. 
Saya mau hidup normal lagi. 
Saya capek. 
Kenapa harus sebegininya, 
saya gak pernah holding a grudge selama ini. 
saya sebersalah itu kayaknya,
sehina itu, 
semuanya akan terus selamanya terjadi karena saya. Dan saya harus membenci diri saya sendiri, menyalahkan diri saya sendiri, menghancurkan diri saya sendiri.
Such a failed human being. 

Kenapa gak ada satu obat yang bisa diminum supaya saya lupa
Kenapa gak ada satu cara, tahap, prosedur yang bisa saya ikuti.
Oh come on, I'm a machine-like person. I need a manual book. 
Semua perasaan tidak produktif ini mengganggu sekali. 
Kadang saya masih kuat nahan, 
Lebih sering lagi enggak. Enggaknya menyedihkan sekali.
Pecahnya bisa kapan aja,
ya mentok-mentok saya cuma bisa mengendalikan supaya orang lain gak panik lihat saya begitu.
Because sometimes, it terrifies me, when I look into the mirror
Kalau udah begitu, yang paling ingin dilakukan adalah memeluk diri sendiri. Seerat-eratnya.
Biar puing-puingnya bisa utuh lagi. 

Saya sudah sampai fase malu juga cerita ke orang lain. 
Saya gak mau nambah beban. Dan cerita juga bikin beban baru buat saya. 
"Tante ga pernah lihat Fona sampai kayak gitu, bantuin ya."
Saya ga pernah sedih seberkepanjangan ini..

Drama banget ya terdengarnya, 
Tapi sungguhan... saya tidak kuat.


Pain is still painful, no matter how long the time has passed.

Satu minggu lagi mulai FCP, 
semoga membantu agar berpikir dengan jernih
sibuk, distraksi, apa pun, apa pun itu saya butuh. 
Tapi nyatanya modul kemarin nilai sumatifnya jelek banget dan saya tahu persis kenapa. 




No comments:

Post a Comment