15/01/2015

Tidak Lagi Menuju Laut.

sempat berfikir untuk menjadi air, 
mengalir dengan tenangnya, 
tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa
tapi ia tahu kemana akan bermuara
seolah perjalanan yang mudah tanpa lelah, 

di tengah riuhnya arus, 
bukankah adalah air yang sengaja menjatuhkan dirinya sendiri?
dari tempat yang lebih tinggi, 
ke pijakan rendah,
dimana ia hanya akan menjadi genangan tenang

Maka aku putuskan, 
aku tidak lagi berjalan menuju laut. 
nyanyian ku tidak akan disenandungkan ombak
aku lebih dari buih yang dapat lenyap

sebelum menghanyut lebih jauh,
aku tetapkan aku mendaki, 
mencari tempat yang lebih tinggi. 

terjal dan tajam, sekaligus kejam. 
tapi aku tidak sabar bertemu matahari
sekaligus menikmati lautan, sendiri. 



see you on the top! 

"Fona yang sekarang itu yang let it flow banget, ikut aja. Gua bahkan udah menganggap lu udah nggak ambisius lagi."
.... dalam hati, sebenernya itu bagus kan? Eh? Atau engga?
"Tapi di sisi lain gua juga jadi sadar, ternyata emang gak ada yang salah kalaupun memang lu ambisius kaya dulu. Malah sebenernya bagus juga, terus sedikit aneh aja sih liat Fona nggak seambisius dulu. Karena ya... sebenernya ambisius kaya lu dulu itu bukan hal yang buruk kok Fon, serius deh. Itu nggak selamanya negatif. Lu jadi pekerja keras kan?"

(Percakapan dengan seorang teman kelas 7 SMP, yang sangat sepemikiran sama saya. Yang udah tau busuknya saya, dari seorang Fona yang ambisius gak ketulungan dan menyebalkan sampai sekarang jadi Fona yang bahkan nggak tau apa yang dia inginkan, dia selalu jadi teman saya.)

Dan memang....
Ambisi itu seperti bahan bakar diri.
nggak selamanya konotasi negatif, kan?



-
yang kemarin-kemarin kekurangan energi untuk berambisi. 



 

No comments:

Post a Comment