09/06/2020

Day 2 & 3 : Jalan-Jalan Pertama dan Pindah Rumah

Hi, sudah agak waras lagi. Jadi dibanding tulisan di sini hanya berisi keluh-kesah yang kelak dibaca lima tahun lagi hanya akan membuat bergidik sendiri, mari pelan-pelan tulis hal-hal yang masih mau kamu ingat nanti-nanti. Sekalian back-up foto-foto kalau-kalau nanti ada hal buruk yang terjadi.
Sebenarnya saya sudah mencoba peruntungan berbagi cerita lewat kanal Youtube namun memerlukan usaha lebih untuk edit-edit videonya. Jadi, cerita di sini dulu ya! 

Mau cerita perjalanan kami pertama kali jalan-jalan mengitari kota, kemudian pindahan ke rumah kami di Rijnsburgerweg 67.
 
Sesampainya di Leiden, kami (saya dan Karin) menginap 2 malam di rumah senior saya yang sedang PhD karena rumah kami belum bisa check-in. Beliau tinggal berdua dengan suaminya yang sama-sama PhD juga di Delft University. Mereka bertemu saat S2 di Imperial College London. Ketika mendengar ceritanya terdengar seperti mimpiku! Rumah beliau terletak di Haarlemmerstraat (shopping street) di Leiden, sebenarnya hanya 20 menit ke rumah asliku. 

pagi ke-2 kami di Leiden.
Masih musim panas dan cerah.

perbekalan dari teman-teman, 
terimakasih banyak ya <3

Agenda hari ke-2 adalah mencari rumah (untuk memperkirakan seberapa jauh jarak yang harus kami tempuh) dan membeli kartu SIM, sekaligus melihat kampus. 
Kami sudah siap dari jam 9 tapi Karin masih jet-lag jadi menunggu Karin tidur dulu dan akhirnya kami keluar jam 11 siang. Sambil jalan kami sudah mampir di toko pulsa untuk beli kartu SIM, tapi karena itu weekend, toko-toko baru buka jam 12 siang. Siang banget kan? 
Setiap hari Sabtu di Leiden juga ada pasar tumpah di depan balai kota, tadinya kami berniat ke sana tapi karena arahnya bertolak belakang dengan kampus jadi ditunda dulu rencananya.

Tujuan pertama kami adalah ke kampus. 
Jadi, universitas di Leiden itu tidak seperti UI yang satu kompleks terpusat. Fakultas-fakultasnya tersebar di sepanjang penjuru kota. Kampusnya terletak berseberangan dengan Leiden Centraal Station (stasiun kereta), terpisah agak jauh dari pusat Leiden University-nya yaitu tempat orang-orang biasanya wisuda, sebenarnya lokasi ini justru sudah mendekati perbatasan dengan kota lain (Oegesgest). Kampus kami berdekatan dengan Fakultas Psikologi. 

Kami lewat depan kampus tapi gak masuk karena terlihat sangat sepi (padahal ini rumah sakit terbesar di kota lho, orang Belanda nampaknya sehat-sehat) dan seperti biasa, mahasiswa norak, kami foto-foto dulu. Padahal 10 minggu ke depan akan setiap hari pergi ke sini. 

Gedung rumah sakit 

persis di depan kampus ada kedai lumpia,
favorit teman saya. tapi B aja karena 2 euro bisa dipakai beli spaghetti.


Setelah itu, dengan kondisi belum punya kartu SIM dan HP tidak ada internet, saya nekat ngajak Karin mencari rumah. Selama di sana kami sewa rumah AirBNB untuk 3 bulan, super recommended karena rumahnya luaaaaas banget, estetik, dan yang paling penting dekat kampus. 
Nah, seperti biasa kami sok tahu mencari jalan Rijnsburgerweg hanya berbekal ingatan saya tentang jalan di Google Maps (HAHA, Karin sudah bete banget di sini karena kami jalan kaki dan kehausan, maafin ya Rin). 

Ternyata kami salah jalan dan malah terdampar di belakang kampus, intinya jauh berbeda dengan jalan ke rumah seharusnya. Kami gak sengaja lihat burung mati terkapar lalu dari kejauhan ada 2 perempuan sedang berjalan, saya merasa bertanggung jawab dengan kenekatan kami pun memberanikan diri menyapa mereka sekaligus bertanya apa tahu jalan rumah kami atau engga.
Salah satu dari mereka berhijab dan berasal dari Malaysia, mereka sedang menuju Leiden Centraal, akhirnya kami ikut berjalan bersama sambil ditunjukan jalan lewat Google Mapsnya. Sebuah pengalaman akibat rasa sok tahu. Hal menarik tentang jalan-jalan menurut saya itu sih, keberanian mencoba dan akhirnya bertemu dengan orang baru. 

Singkat cerita kami akhirnya menemukan jalan Rijnsburgerweg, namun nomor rumah kami adalah 67 yang berarti sangat pojok. Sesampainya di depan rumah kami sempat bingung karena rumahnya tampak tidak terawat dan kosong. Setelah itu, langsung pulang. HAHAHA, sudah jalan capek-capek, nyasar pula, sudah sampai rumahnya kosong dan akhirnya kami balik arah ke rumah dr. Fatma.
Di jalan ternyata toko pulsanya sudah buka! 

Kami beli kartu SIM tapi sayangnya kena tipu :( harusnya pulsanya 10 euro dan kartunya gratis (menurut situs provider-nya), penjualnya malah menghargai 15 euro dengan alasan 5 euro untuk kartunya. Waktu cerita ini ke dr. Fatma dan Mas Aulia (suami beliau), kami ditertawakan, katanya, "Duh kalian kalau di sini gak boleh terlalu polos ya nanti dibohongin orang." 
Saya tidak merekomendasikan Doctor Mobil* di Leiden untuk beli kartu SIM!

Ada beberapa pilihan sebenarnya untuk kartu SIM di Belanda. Yang jelas kalau mau jalan-jalan pastikan beli paket yang coverage-nya sudah mencakup seluruh Uni Eropa. 
Pilihan pertama adalah Vodafone, ini sinyalnya paling bagus namun agak mahal, mirip-mirip sama Telko*ms*l lah kalau di Indonesia. Saya tidak memilih ini karena sebenarnya di kampus dan rumah ada WiFi, paket data hanya untuk bertualang saja. 
Pilihan kedua adalah Lebara, sinyalnya mendingan dan kelas menengah, saya beli paket 10 euro dapat 2 GB
yang lebih murah lagi adalah Lyca Mobile, kalau tidak salah 15 euro dapat 5 GB. 
Petualangan kami mengitari kota selesai hari itu karena kami lapar. Akhirnya kami pulang dan istirahat sekaligus harus berkemas karena besoknya akan pindahan ke rumah.

Setelah memperkirakan kalau ternyata jarak dari Haarlemestraat ke Rijnsburgerweg cukup jauh jika jalan kaki ditambah segembreng koper-koper itu, kami mencoba peruntungan untuk meminta jemput oleh host AirBNB kami yaitu Jan! Dan alhamdulillah beliau mau :' begitu banyak nikmat dan kemudahan di awal-awal kedatangan ini.

Kami pun dijemput oleh mobil jaguar hijaunya ke rumah, kami juga diantar melihat sekeliling termasuk diajak ke supermarket terdekat. 
Setelah sampai rumah, terkagum-kagum karena rumahnya sebagus itu ternyata! Estetik banget! 
Super luas buat kami yang hanya tinggal berempat. 
Kamar di rumah hanya ada 1 tapi ada kasur lipat di ruang tengah untuk tidur.

Dapurnya juga ada mesin cuci piring (sebuah kecanggihan yang ku kira cuma ada di The Sims wkwk). 
This is our house: 


so beautiful

ruang tamu rumah (kamar Febi wk wk), 
kangen banget

kamar yang tidak pernah ditiduri
karena kalau malam suhunya 0 derajat
ruang tengah.
di belakang sana ada kamar mandi dan ruang cuci baju

Setelah packing kami meneruskan jalan-jalan mengitari kota, sekaligus mencari tempat penyewaan sepeda. Sayangnya sepedanya masih penuh untuk disewa jadi harus tunggu giliran. Soal sepeda ini nampaknya akan jadi konten selanjutnya di Youtube-ku, tunggu ya!

berdandan sebelum piknik di taman


Kami piknik di Huig Park, taman di depan Molen de Valk (kincir angin utama di tengah kota Leiden), sangat turis sekali HeHe.
enjoying summer breeze

sebelum di ee-in burung

Setelah piknik cantik kami terpaksa usai karena celana karin kena ee burung,
kami grocery shopping pertama di Jumbo, supermarket di depan stasiun kereta. Membeli perlengkapan hidup dan mempersiapkan diri karena sekolah dimulai keesokan harinya!

Oh, how I miss my dearest Leiden. 
Bedankt!

No comments:

Post a Comment