24/06/2018

A Short Gateaway: Journey to Jatim.

Setelah menunda-nunda sebegitu lamanya, I'm back! Hehe. 
Sudah hampir 20 hari saya libur semester (yang terakhir kali panjang karena tahun depan di Salemba). 
Sebenarnya sudah ingin menulis tentang ini sesegera mungkin setelah perjalanannya selesai. 
Tapi waktu itu ada Liga Medika, OSCE dan Modul Respirasi.

Saya suka pergi ke tempat baru dan bertemu orang-orang asing, 
saya senang menjalani kegiatan yang tidak banyak dilakukan oleh teman-teman di sekitar saya, 
dan dari dulu saya tahu, salah satu cara merasakan hal itu adalah? Ikut lomba! 
Kenapa? Karena saya sadar, minta jatah jalan-jalan secara khusus ke orang tua itu ga enak, hehe. Suka malu aja minta uangnya. Tapi, kalau harus presentasi/hadir suatu acara kan beda cerita. Ada pertanggungjawabannya. 
Perjalanan ini dimulai saat Iko, teman di BEM, mengajak saya ikut lomba Literature Review di Universitas Jember. Setelah melewati drama deadline, akhirnya kami (saya, Iko dan Iskandar) lolos ke babak final dan harus presentasi ke Jember. 
Sebenarnya waktu presentasinya itu ideal, hari Jumat-Minggu di bulan Mei dan menjelang minggu remedial, di mana jika tidak remedial maka libur seminggu (ya, walaupun diisi Liga Medika) jadi gak usah urus surat izin meninggalkan kelas. Sayangnya, di hari Jum'at itu adalah hari terakhir dari rangkaian ujian akhir modul (sumatif, ujian praktikum integrasi dan ujian anatomi). Kami setengah-setengah juga nyiapin presentasinya, menjelang anatomi, design seadanya. Pokoknya nggak banget! Awalnya bahkan bingung jadi berangkat atau enggak, soalnya dihitung-hitung tiketnya mahal banget. Karena ujian, kami baru bisa pergi di siang hari dan itu berarti harus naik pesawat dulu ke Surabaya karena pesawat ke Jember cuma ada 1x penerbangan di jam 7 pagi. 
Ya jadi sekarang saya mau cerita mengenai perjalanan 4 hari yang sangat seru dan recharge my mood!

DAY 1  
Saya sudah meminta kloter khusus ke dosen praktikum untuk mindahin jadwal ujian kami jadi kloter 1 supaya bisa berangkat dari Depok maksimal jam setengah 11. 
Travel plan kami saat itu : 
Depok-Cengkareng 2,5 jam 
Pesawat CGK-SUB jam 12.45
Kereta Api Surabaya Gubeng-Jember 16.15 
harusnya dengan segala kemepetan jadwal itu, kami optimis masih bisa. Malah yang saya takutin ketinggalan pesawat. 
Kami berangkat dari Depok jam 10.30, naik kereta ke Stasiun Duri karena katanya itu stasiun terdekat dengan Soetta, kalau naik mobil takut gak kekejar. Kami sampai di Duri sekitar jam 11.00, terus jalan ke Indomaret membeli perbekalan dan mesan taksi online. 
Kemacetan di jalan sempet bikin deg-degan banget, untung ada fitur check-in online. Tiba di Soetta jam 12.00. Kami sebenarnya udah panik takut ketinggalan pesawat, akhirnya sempat ada adegan lari-lari di bandara macam AADC gitu. Terus, pas udah nyampe gatenya, loh kok kosong. 
Pas kami nanya ke mas-mas bandara, dibilangnya E5, kami cepat-cepat lari karena sudah boarding. Ternyata, saat antre, mbak-mbak di depan bilang itu pesawat jurusan Denpasar. 
Hadeu. 
Dan ternyata, pesawat kami delay dan baru take-off jam 13.30. Sebal. 

Sampai di Bandara Juanda jam 14.30, yay! akhirnya saya kesampaian ke Surabaya (karena belum pernah dan waktu itu sedih ga lolos Medspin hahaha). Kami langsung pesan taksi online, sebenarnya dari awal keluar pintu udah banyak ditanya-tanya gitu sama mas-mas, nawarin transportasi. Terus kami dengan polosnya bilang, "enggak, udah pesen."
Dan ternyata, kami baru tau kalau di bandara Juanda gak boleh ada taksi online. Hadu. Padahal kami sudah sempat naik, terus ada mas-mas cegat dan kasian banget supir taksinya, di bawa ke suatu tempat gitu. 
Jadilah kami naik mobil bapak-bapak dengan biaya 120 ribu (dan ternyata ini terhitung mahal, dasar pendatang). Harusnya saat itu kami naik aja taksi yang argonya jelas. HUHU. 
Terus yang bikin sebel, bapaknya santai banget. Padahal kami udah panik karena sudah jam 15.00 dan menurut google maps jarak Juanda-Gubeng 1 jam 30 menit. Baru saya tau kalau harusnya pesan kereta Sidoarjo, bukan di Gubeng. Kebodohan lain. 

Sepanjang jalan ternyata macet, kami udah berusaha memikirkan alternatif kalau telat gimana. Tapi saya ngebayanginnya aja gamau. Tiket keretanya 235 ribu tjoy. 
Semakin dekat stasiun malah semakin gak karuan karena mepet banget, udah lemes. 16.00 kami masih terjebak lampu merah. Endang udah siap-siap lari ke tempat cetak tiket, seluruh tas udah digembol-gembol biar semuanya segercep mungkin. 

Ternyata, bagian paling sedih adalah.. 16.15 kami terpaksa berhenti karena palang kereta ditutup dan... kereta kami lewat. 
Itu sedih banget, bener-bener beriringan gitu loh. Lemes lah saya. 
Berusaha positif thinking bisa diganti, taunya diketawain Costumer Service. Bapak supir menyebalkan, lama dan cuma bisa bilang "Sabar mbak, ini macet." malah memanfaatkan kesedihan kami dengan menawarkan harga 1juta ke Jember. Buset.

Akhirnya kami istirahat dan shalat dulu sambil mikir jernih harus melakukan apa. Tim saya posisinya di situ belum bikin script presentasi, belum persiapan apa-apa deh pokoknya! Endang (teman saya satu lagi, beda tim), panik karena dia sama kakak kelas terus kakak kelasnya suka ngomel hahaha. Kami berusaha pesan tiket kereta yang jam 10 malam dan ternyata sold out. Opsi yang tersisa adalah perjalanan darat normal lewat jalan. Pergi ke terminal dan naik bis selama 8 jam seharga 45 ribu. 
Tapi ngebayanginnya aja saya lemes. Di situ sudah jam 5 berarti kami akan sampai jam 1 malam di Terminal Jember. OTIDAK. Saya beneran mau nangis dan pulang aja. 

Opsi lain: pesan travel. Tapi kami sama-sama ragu ada travel yang bisa dipesan mendadak. Kami cari semua nomor travel lewat google, telepon sana-sini dan tidak ada hasilnya. Semuanya bilang penuh, nomornya salah dan sebagainya. Sudah sangat desperate. Ya bayangin aja, terdampar di kota orang, bawa tas banyak, gatau harus gimana dan besok presentasi jam 7 pagi. 



No comments:

Post a Comment