31/01/2017

Come Back Home

Ada banyak rindu yang pulang kemarin, disampaikan oleh titik-titik hujan di tengah lapangan. 
Ini tentang tiga tahun yang begitu cepatnya membawa kita, ini tentang orang-orang yang sayangnya sudah melewati pintu gerbang. 
Pulang adalah satu-satunya mata uang yang berlaku bagi pelaku rindu. 
Mereka mengisi kembali cangkir-cangkir kosongnya dengan tawa dan canda seolah besok pagi masih pergi ke tempat yang sama, 
Ah, tapi tempat itu masih di sana. Masih tegak bangunannya, masih nyata wujudnya. 
Hingar gelaknya memudar, menyisakan sesesap sepi di sepanjang koridor-koridor sunyi. 
Senaif itu menyangka kita tidak pernah pergi kemana-mana. 
Dan entah kapan bisa berhenti jatuh cinta dengan tempat ini, 
it's always nice to come back home.
Bertemu dengan mimpi-mimpi yang sekarang sudah jadi identitas diri, dulu kita hanya segerombolan berbatik Mega Mendung, sekarang warnanya sudah beda-beda ya? 
Jujur saja, jauh di sana saya masih percaya kita cuma orang-orang yang kemarin sore memakan roti berselai cokelat di tengah gunung. 
Orang-orang tersayang ini makin mendewasa, menyisakan tanda tanya apa bisa saya menemukan yang seperti mereka?
Andai bisa merengkuh jarak dan waktu semata-mata agar kita dekat selalu, entah kapan bisa pulang seperti ini lagi. 










mantra sakti yang tidak pernah bisa berhenti saya bangga-banggakan,
fight&win.

bahwa ternyata suara dan wujud maya tidak akan pernah cukup. 
pendar layar tidak mampu mendefinisikan sosok ada.
Sering-sering pulang ya, kita semua. 
Semoga selalu ada tempat untuk saya dan kalian di hati masing-masing. 

1 comment:

  1. Mas Fedi wait for us. Tapinya tanggal 9 udah balik ke antah berantah:(

    ReplyDelete