24/04/2016

Hilang.

Merasa kehilangan kemampuan menyusun kata-kata, lupa kapan terakhir seluwes itu menyusun bait demi bait, menjadikannya satu cerita utuh yang mampu jadi pelarian terampuh. 
Entah kapan terakhir kali bisa menulis sebebas itu, berkhayal tanpa henti, menghabiskan seharian penuh untuk menambah halaman demi halaman. 
Atau setidaknya, baris demi baris puisi. 
Sekarang semua tulisan yang ada rasanya ingin dibuang saja, bukannya membuat bangga saya malah malu pernah menulis itu.
Ah kemana si pemimpi itu. 
Untuk buat puisi aja susahnya setengah mati
Masih ada amanah teks video angkatan, benar benar bingung harus menulis apa
Minggu minggu ini kalau tangan memegang pensil ya memilih a, b, c, d atau e
Padahal karya itu tidak ada aturan, formula dan cara
Padahal janjinya satu minggu tiga halaman, tapi nggak bohong. Satu paragraf rasanya kaya mau mati. 


Atau memang kemampuan bisa benar benar menguap? 
Udah gak bakat lagi menyusun huruf huruf yang menyentuh
Udah gak bisa lagi semelankolis dulu
Udah gak bisa lagi meluluhkan orang lewat kata-kata. 


Semakin dewasa semakin merenggut tiap kebebasan masa muda ya? 
Saya takut tidak bisa menulis lagi. 
Sungguh, saya belum punya buku sendiri. 

Rasanya sudah semakin basi dan usang
Tunggu ya, tunggu. 
Semua ini akan berakhir secepatnya. Saya milik kalian seutuhnya. 

No comments:

Post a Comment