Putri Dewata menapaki semesta,
Ketika senja tenggelam di batas Kuta
Menyusul hati yang turut di bawa pergi
Ke negeri dimana debu dan pasir, menyelimuti
Menyelimuti Melati yang terlalu lama sendiri
Jiwanya semakin tandus
Kelak ia akan bertahta, naas tanpa cinta
Kini ia terjebak dilema, disinggasana yang dilema
Putri sudah menunggu diselimuti rindu
Menanti janji nanti akan kembali
Melati sudah mendengar nyanyian pasir berdesir
Menghantarkan Pangeran pada sang Puan
Langkah jauh telah ditempuh
Bertambat sudah ia melabuh,
Tapi terlantakan sudah ia meluluh, merapuh lalu mengaduh
Baginda terlanjur haru,
Mahkota dan tahta semakin di tuju
Namun hancur, lebur lantas hilang dan terbuang
Seketika musnah
Segala setia dan percaya
Segala asa serta rasa
Pangeran!
Kau telah melamar! Ternyata kau sekedar penyamar
Kau telah berikrar! Kau juga yang melanggar
Asa telah memuncah
Pecah di angkasa
Wahai para dewa-dewi, Sanghiyang Widi
Apakah setia tak cukup membuat ia kembali?
Ya Allah, Abi, serta seluruh rakyat negeri
Apakah ini takdir Putri yang selalu sendiri?
Ia tak bisa lari
Tak kuasa membohongi hati
Atau ia akan dilebur nyiur
Atau ia akan diburu gurun
Ah, seharusnya cinta tanpa dusta.
Ini adalah teks Musikalisasi Puisi saya & Vanya, dalam rangka Pagelaran Seni Budaya, satu minggu yang lalu. Kangen jadinya.
PS :
Orange : Vanya, dari sudut pandang Putu, Putri Bali.
Merah : Fona, dari sudut pandang Jasmine, Putri Arab.
Hitam : Kami, dari sudut pandang perempuan yang di dustakan *eak*-_-
Terimakasih! Oh ya, Pagelaran alhamdulillah sukses, walaupun jadi gantung. Ceritanya nanti ya!
No comments:
Post a Comment