21/05/2019

Tentang Persiapan Berangkat.

Halo! Lama tidak bersua.
Berhubung sudah berjanji akan cerita apabila hasilnya mencukupi,
jadi baiklah saya akan coba menulis.

Saya selalu punya mimpi yang menggantung di langit-langit kamar,
menggaung-gaung ketika saya tidur,
tentang melangkah sebentar,
sekedar melongok ke luar,
apa-apa yang tidak saya punya di sini.

Keinginan ini lagi-lagi awalnya saya rasa hanya impian orang pada umumnya,
siapa juga yang tidak pernah bermimpi belajar di luar negeri dan berkelana?
karena entah mengapa konsep tentang "mendapatkan beasiswa ke luar negeri" adalah sebuah kehormatan tiada tara; setidaknya begitu pikir saya.
lambat laun saya tahu jalan yang saya pilih sekarang sulit sekali ke arah sana,
sekolah kedokteran itu sulit kalau bukan di negeri sendiri, sederhananya karena penyakit yang dipelajari juga berbeda. 
kalau bagi orang di jurusan lain, kuliah S2 di luar negeri itu hal yang mungkin, 
pendidikan lanjutan dari jurusan saya tidak begitu. 

kalau familiar dengan dokter spesialis, sangat sedikit yang belajar di luar negeri.
singkat cerita, saya tau kalau saya masih mau menggapai mimpi yang itu, masih butuh banyak usahanya. atau bahkan harus berbelok dari apa yang saya tempuh saat ini. 

Dulu, semua angan dan khayal saya tertuang pada draft novel berjumlah 142 halaman (dan belum selesai). 
Saya mencari dengan seksama bagaimana cara "pergi ke sana".
Dan yang sudah pasti harus ada adalah sertifikasi bahasa Inggris.
Waktu saya kelas 9 SMP saya sudah tau apa itu IELTS.
IELTS atau International English Languange Testing System adalah sebuah tes kompetensi bahasa Inggris yang banyak digunakan untuk mendaftar ke kampus di Eropa dan Australia.
Saya sebegitu inginnya pergi ke Inggris dan Inggris rasanya mutlak harus punya IELTS.
Dari dulu juga saya ingin sekali mempersiapkan diri ikut kelas belajar IELTS, saya pernah sehabis pulang sekolah kelas 2 SMA pergi ke jalan Padjadjaran untuk tanya biaya persiapan IELTS walaupun pada akhirnya tidak pernah saya mendaftar.

Awal tingkat 2 lalu, saya ditawarkan kesempatan untuk student exchange ke Belanda selama 3 bulan.
Di situ saya bergetar karena seolah-olah ada mimpi yang dipanggil.
Ingatan tentang Belanda adalah tentang kado-kado kiriman Franz setiap bulan Desember, beliau adalah teman Papa yang dulu berkunjung satu tahun sekali ke rumah. Asalnya dari Rotterdam yang saya kira dulu sama kayak Amsterdam.
Kalau ada beliau, kami memasak apple pie dan poffertjes. 
Saya sangat semangat belajar bahasa Inggris semata-mata supaya bisa ngobrol saat breakfast di keramik hijau depan dapur.
Satu-satunya kalimat yang saya ingat sering sekali saya tanyakan adalah, "do you like sambal terasi?"
because he didn't. 

Sebuah ingatan masa kecil yang saat ini terasa sangat jauh,
rasanya seperti tidak pernah terjadi.
Ingatan lain yang tersisa tentang beliau adalah balasannya di post card tidak lama setelah saya diterima di SMP. 
"Good job Fona! I am sure you will be a professor in the future."
Tidak lama setelah itu, ternyata dia sudah tidak ada. 
Waktu itu Papa sangat terpukul, terlebih karena akhirnya mereka tidak pernah bertemu lagi dan tidak datang ke pemakamannya.
Waktu itu, saya sangat lugu.
"Franz dimakamin di mana? Kalau kita ke Belanda kan bisa ziarah ke kuburannya ?"
Padahal waktu itu pula, saya tidak tahu apakah saya bisa pergi ke Belanda.
Ternyata Franz dikremasi, abunya dilempar ke laut. Begitu kata Papa.

Cerita tentang Belanda memang tidak semenggetarkan hati saya kalau disebut tentang London bahkan saya pun tidak pernah juga pergi ke sana atau memiliki keterkaitan apapun. 

Eh harusnya cerita tentang IELTS ya?
Hehe
karena kemarin sahabat saya di kuliah menggelar Farewell Party, 
saya jadi merenung kembali
sekarang kalau buka laptop yang dicari "housing in Leiden."
memangnya saya bakal beneran pergi ya?
memangnya saya siap dengan perbedaan setelah pulang lagi?

Yang baca ini, 
tolong doain saya segera dapat rumah ya, supaya ga jadi gelandangan 
tolong doain juga menemukan apa yang saya cari; kesempatan 
tolong doain gak malu-maluin!

cerita soal IELTS akan menyusul, segera!
AH IYA, 
doain juga saya harus sidang skripsi di bulan Juli!



bonus foto kemarin,
sangat bersyukur punya teman-teman yang suportif.
TAPI SEBENERNYA MALU
karena aku masih terombang-ambing
HUHU kalau ga jadi berangkat gimana????


No comments:

Post a Comment