04/04/2020

Curiousity

Hal yang paling saya iri dari anak-anak adalah kebebasan mereka bertanya apa saja.
Celetukan-celetukan mereka yang ajaib. 
Saya paling senang melihat bayi yang baru belajar bicara. Pelan-pelan mengeja kata kemudian berceloteh sesuka mereka, dibandingkan bayi yang baru lahir dan diam saja. Hehe. 

Saya mengidentifikasi diri sebagai orang yang senang sekali memikirkan sesuatu, seringkali hal-hal yang tidak seharusnya pun dipikirkan. 
Saya sering mempertanyakan, kenapa begini, kenapa begitu. 
Saya senang belajar patofisiologi, selalu ada hal menarik dari sebuah mekanisme. 

Beberapa hari lalu saya mengobrol dengan Papah saat dini hari, quality time yang selalu menyenangkan buat saya. 
"Pah, anak kecil kan suka nanya ya. Kok Papah bisa sih tahan jawabin pertanyaan teteh sama dedek? Sampai kami gede juga Papah tetap jawab."

Waktu saya pergi ke gunung, saya melontarkan pertanyaan, "Kenapa sih jalan di gunung kelak-kelok? kalau dibuat jalan aspal dilurusin dulu apa engga?" semenit kemudian saya merasa pertanyaan itu tidak penting dan bodoh. Tapi orang tua saya tetap menanggapi dan menjawab sampai saya puas. 

Papah menjawab, "Harta termewah anak adalah rasa ingin tahunya teh, kadang dari situlah orang dewasa banyak belajar." 
"Apa pertanyaan Teteh yang paling Papah inget?"

"Waktu itu, Teteh lagi belajar jalan, Mang Eno (tukang di rumah) lagi masang keramik, terus keringetan. Teteh bilang gini, Pah, Allah kan Maha Pencipta, Allah kan bisa ciptain gunung, hutan, sungai, laut, kenapa Allah gak ciptain rumah aja? Biar Mang Eno gausah capek-capek bikin rumah kita. Kan kasian Pah, keringetan."

Entahlah, saya benar-benar merasa ada sebuah kemagisan sendiri saja setiap dengar celotehan-celotehan seperti itu. Gemas. Kadang berpikir juga, apa kelak saya akan sabar ya menjawab satu-satu pertanyaan seperti itu. Harus banyak yang dipersiapkan juga. Menakutkan.

Sampai sekarang saya sangat bersyukur orang tua saya selalu menjawab jika saya bertanya,
Makasih Pah Mah.

No comments:

Post a Comment