31/12/2013

Bakar Saja

Bakar saja aku,
Kemarikan pemantiknya, aku ingin membara
Melenggok indah, memercik pecah

Semuanya berdentum disana sini, 
Sulut saja terus, 
Meledak, kemudian menyesak. 

Semua orang bermain api. 
Dan aku ingin terbakar sendiri. 

Biar, biar aku saja yang hancur bergema diatas sana.
Yang penting semua menoleh pada ku. 
Sebelum aku hilang 

Biar, biar aku saja yang runtuh menjadi hitam
Yang penting orang memuji cahaya ku
Sebelum nasib ku semakin malang.

Mari, Tuan. 
Mari bersama menjadi abu
Asal terhapus semua lalu. 
Tertiup angin tahun baru.

Mari, kita menjadi bahagia. 
Walau sementara. 

Maka, bakar saja. 
Biar pulang kemudian menjadi arang




 

27/12/2013

Seringkali, keinginan keinginan besar yang kita kira akan bermetamorfosis menjadi kebahagiaan kebahagiaan besar malah terasa tak berasa ketika tercipta. Dan justru dikalahkan oleh keinginan keinginan kecil yang tak meluap ke permukaan, yang kita abaikan, yang kita tak merasa penting kehadirannya. Keinginan keinginan kecil itu menjadi kebahagiaan kebahagiaan kecil yang besar maknanya. 

Karena seringkali, yang kita inginkan sebenarnya sederhana, tetapi selalu berlanjut. 
Konstan. 
Atau bahkan tidak kita sadari. 
Tapi saat dia mulai pudar, mulai hilang. 
Perlahan kita akan meronta ronta.
Kembalikan hal sederhana itu. 
Dan seringkali pula, itu yang tidak dapat dunia turuti. 





-yang dibiasakan dipaksa dan ditakdirkan dunia untuk lebih mandiri, sehingga lebih senang memilih sendiri-

Sumber : @PoemPics

23/12/2013

Sebuah Telaga

Aku berkaca pada sebuah telaga, 
Orang bilang itu cermin, 
Hidup katanya, realita. 
Apa pula itu? 

Sebelum kali ini aku juga pernah berkaca, 
Padahal ada, lensa mata mencerna saat berbalik. 
Berbalik lagi, tapi lenyap.
Cerminnya tidak menangkap. 

Dicari tapi tak kembali, 
Dipanggil hasilnya nihil. 

Lantas, kenapa apa yang ada malah tidak ada? 
Realita macam apa? 

Lama lama, aku lelah berkaca. 
Kemudian tidur lama lama juga. 
Saat berbalik, kali ini sempurna tidak ada. 

Tidak ada daun gugur sekarang, 
Salju pun sudah pergi ke gurun,
Punah, musnah. 

Lalu aku berkaca lagi, 
Saat berbalik, kali ini masih sempurna tidak ada. 
Tidak mungkin ada, kan? 

Cermin yang katanya realita 
Entah sudah punya kacamata atau memang buta, 

Yang tidak ada dijadikan ada. 
Yang mencampak, akhirnya tampak. 
Ada di telaga.

Dan aku sedang berkaca. 

Bogor, 10 Des 2013. 

01/12/2013

Kali ini, jangan lagi pecahkan saja gelasnya. 
Cukup taruh di ruang hampa udara. 

Biar sesak, tapi senyap.