24/12/2012

Puisi Pagelaran


Putri Dewata menapaki semesta, 
Ketika senja tenggelam di batas Kuta
Menyusul hati yang turut di bawa pergi
Ke negeri dimana debu dan pasir, menyelimuti

Menyelimuti Melati yang terlalu lama sendiri
Jiwanya semakin tandus 
Kelak ia akan bertahta, naas tanpa cinta
Kini ia terjebak dilema, disinggasana yang dilema

Putri sudah menunggu diselimuti rindu
Menanti janji nanti akan kembali

Melati sudah mendengar nyanyian pasir berdesir
Menghantarkan Pangeran pada sang Puan

Langkah jauh telah ditempuh
Bertambat sudah ia melabuh,
Tapi terlantakan sudah ia meluluh, merapuh lalu mengaduh

Baginda terlanjur haru,
Mahkota dan tahta semakin di tuju
Namun hancur, lebur lantas hilang dan terbuang

Seketika musnah

Segala setia dan percaya 

Segala asa serta rasa

Pangeran!

Kau telah melamar! Ternyata kau sekedar penyamar

Kau telah berikrar! Kau juga yang melanggar

Asa telah memuncah

Pecah di angkasa

Wahai para dewa-dewi, Sanghiyang Widi
Apakah setia tak cukup membuat ia kembali?

Ya Allah, Abi, serta seluruh rakyat negeri
Apakah ini takdir Putri yang selalu sendiri?

Ia tak bisa lari

Tak kuasa membohongi hati

Atau ia akan dilebur nyiur

Atau ia akan diburu gurun 
Ah, seharusnya cinta tanpa dusta.


Ini adalah teks Musikalisasi Puisi saya & Vanya, dalam rangka Pagelaran Seni Budaya, satu minggu yang lalu. Kangen jadinya. 
PS : 
Orange : Vanya, dari sudut pandang Putu, Putri Bali.
Merah :   Fona, dari sudut pandang Jasmine, Putri Arab.
Hitam : Kami, dari sudut pandang perempuan yang di dustakan *eak*-_-

Terimakasih! Oh ya, Pagelaran alhamdulillah sukses, walaupun jadi gantung. Ceritanya nanti ya!

22/12/2012

Quote dari percakapan anak-ibu hari ini, 

"Orang tua yang bijaksana itu yang mengajarkan kesederhanaan dalam menghadapi kekayaan"

22 Desember, Hari Ibu?

Selamat di rumah, Mah
Kasih sayang ibu itu setiap hari, tapi kenapa hari ibu cuma satu hari? Yah, mungkin sebagai hari resmi perayaan untuk seluruh Ibu-Ibu di Indonesia. Yang jelas saya sayang Mama setiap hari!